Jumat, 13 Desember 2013

Perspektif Global
Perspektif Global dari Visi Politik, Sosiologi, dan Antropologi


Disusun Oleh :
·        Raesita Firdaus
·        Riska
·        Tria Musriyanti
·        Muhammad Zevanya

Kelas 5 N
Kelompok 2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
2013


Perspektif Global dari Visi Politik, Sosiologi, dan Antropologi
Sebelum kita membahas visi-visi tersebut, terlebih dahulu kita membahas apa yang dimaksud dengan perspektif global. Perspektif global adalah suatu cara pandang dan cara berfikir terhadap suatu masalah, kejadian, kegiatan dari sudut kepentingan global, yaitu dari sisi kepentingan global, yaitu dari posisi kepentingan dunia atau internasional. Oleh karena itu, sikap dan perbuatan kita juga diarahkan untuk kepentingan global.
A.    Perspektif Global dari Visi Politik
Menurut Roger F. Soltau dalam introduction to Politics (Miriam Budiardjo: 1991: 9) Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari negara, tujuan-tujuan negara dan lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan-tujuan  itu. Hubungan antara negara dengan warga negaranya serta dengan negara-negara lain.
Dalam sorotan perspektif global, aspek hubungan dengan negara lain merupakan hal yang pokok. Hubungan dengan negara lain, khususnya Negara Republik Indonesia dengan negara tetangga disebut hubungan regional, dengan negara-negara lain disebut hubungan antarnegara atau antarbangsa atau hubungan Internasional, dan akhirnya dengan semua negara di dunia ini disebut hubungan global.
Contoh Hubungan Bilateral, Regional. Dan Multilateral
Bilateral : Hubungan Internasional Indonesia dengan Korea
Hubungan internasional Indonesia dengan Korea berjalan di segala bidang. Salah satunya adalah bidang pendidikan. Di bidang pendidikan, Indonesia dan Korea melakukan suatu kerjasama dalam bentuk beasiswa bagi siswa dan mahasiswa Indonesia untuk belajar di Korea. Beberapa program beasiswa diturunkan dari beberapa lembaga dan universitas di Korea. Ada pula yang diturunkan oleh Kedutaan Besar Korea di Indonesia. Program beasiswa ini tentunya membantu para siswa dan mahasiswa Indonesia yang ingin melanjutkan studinya di luar negeri, khususnya Korea. Program yang ditawarkan biasanya beasiswa S1, S2, hingga S3.
Regional : Hubungan Internasional Indonesia dengan Negara-Negara ASEAN
Hubungan Indonesia dengan negara-negara ASEAN salah satunya di bidang perdagangan yaitu AFTA (ASEAN Free Trade Area) yaitu dimana negara-negara yang berada di kawasan ASEAN dapat melakukan perdagangan bebas untuk melakukan ekspor impor tanpa dikenakan bea cukai.
Multilateral : Hubungan Internasional Indonesia  dengan banyak negara di seluruh dunia
Hubungan Indonesia dengan PBB dalam bentuk perundingan mengenai hukum internasional dan tindakan terkait dengan masalah internasional.
Dengan hubungan ini negara Indonesia berhak untuk mengajukan pandangan terhadap isu internasional. Bergabungnya Indonesia ke dalam PBB mempercepat proses penyelesaian konflik Indonesia – Belanda (penjajah), sehingga  mau mengakui kedaulatan Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949
Secara politik, negara dengan tujuan dan lembaga-lembaganya, dari waktu ke waktu mengalami perkembangan. Politik luar negeri Indonesia adalah bebas aktif yang menjadi landasan kerja sama di bidang ekonomi dengan negara-negara lain. Bebas, artinya bangsa Indonesia tidak memihak pada salah satu blok yang ada di dunia. Jadi, bangsa Indonesia berhak bersahabat dengan negara mana pun asal tanpa ada unsur ikatan tertentu. Bebas juga berarti bahwa bangsa Indonesia mempunyai cara sendiri dalam menanggapi masalah internasional. Aktif berarti bahwa bangsa Indonesia secara aktif ikut mengusahakan terwujudnya perdamaian dunia.
Stabilitas dan kemajuan politik Indonesia, khususnya politik luar negeri, berpengaruh pada kondisi politik global, contohnya dampak Konferensi Asia Afrika. Pimpinan dan pengaruh Indonesia dalam Gerakan Non-Blok (GNB – khususnya untuk mendukung perdamaian dunia).
Negara Republik Indonesia sebagai warga dunia, tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh perkembangan di negara-negara lain. Perkembangan di negara-negara lain selalu berpengaruh terhadap kehidupan politik, khususnya politik luar negeri Indonesia. Perubahan peta politik membawa dampak luas pada tatanan global di bidang politik, ekonomi, sosial, dan IPTEK. Perspektif global dari perubahan peta politik tersebut, membawa dampak pada berbagai aspek hubungan luar negeri Indonesia.
B.     Perspektif Global dari Visi Sosiologi
Menurut Frank H.Hankins (Fairch, H.P.dkk, 1982: 302), sosiologi adalah studi ilmiah tentang fenomena yang timbul akibat hubungan kelompok-kelompok umat manusia dan lingkungan manusia dalam hubungannya satu sama lain. Dalam sosiologi, objek yang menjadi sorotan utamanya yaitu hubungan antar manusia, terutama dalam lingkungan yang terbentuk oleh manusia sendiri, atau yang disebut lingkungan sosial.
Motif interaksi sosial sangat beragam dilandasi oleh tujuan tertentu. Contohnya hubungan antara produsen dan konsumen yang dilandasi oleh motif ekonomi. Akibat interaksi sosial yang makin intensif sampai ke tingkat global, menunjukkan perubahan sosial di masyarakat sampai ke proses modernisasi.
Dampak kemajuan, penerapan, dan permanfaatan IPTEK di bidang transportasi dan komunikasi menjadikan interaksi sosial ini makin intensif dan meluas. Interaksi bisa terjadi secara fisik maupun non-fisik melalui internet. Teknologi komputer melalui e-mail menyebabkan dunia ini menjadi tanpa batas secara non-fisik. Secara fisik batas-batas wilayah setiap negara berdasarkan hokum internasional masih jelas.
Interaksi secara langsung (tatap muka) dan tidak langsung melalui berbagai media yang semakin intensif serta makin meluas, membawa perubahan sosial, kemajuan sosial yang berdampak luas terhadap opini, kecerdasan, nalar dan wawasan manusia yang mengalaminya. Pengetahuan ilmu dan pengenalan teknologi yang terbawa oleh satu pihak kemudian diterima oleh pihak lain melalui berbagai media, berdampak luas terhadap tatanan sosial, baik material maupun non-material.
Contohnya material, pakaian, peralatan, dan perangkat kasar lain tidak hanya terbatas digunakan serta dimanfaatkan oleh orang tertentu melainkan telah memasuki kehidupan segala lapisan masyarakat secara lokal, regional, bahkan juga global. Katakanlah mie instan, pakaian dan jeans, pizza, hot dog, humberger, dan lain-lain, telah masuk dalam kehidupan perkotaan, pedesaan secara regional dan bahkan global. Katakanlah jenis makanan khas setempat seperti dodol Garut, kacang Bali, manisan Cianjur, oncom Bandung, tidak lagi hanya ada ditemapt semula melainkan telah menyebar kesegala tempat dan adanya pun di toko serba ada (toserba) bahkan juga di mancanegara.
Non-material, nilai dan norma juga mengalami pergeseran. Bersalaman, tepuk punggung, tegur sapa ada ala barat, sampai pada ciuman antar keluarga, antarteman, dan seterusnya, telah masuk ke dalam kehidupan orang Indonesia.
Hal-hal yang positif yang berdampak sosial seperti pertukaran pengalaman, pertukaran kemampuan, pertukaran nilai dan seterusnya, wajib disyukuri. Contohnya pertandingan olahraga, kunjungan dan pertukaran pemuda pelajar, pertemuan pramuka (jambore), tingkat daerah,tingkat regional, nasional, serta antar negara merupakan interaksi sosial yang meluas, paling tidak di wakili oleh kelompok yang bertemu saat itu. Suasana dan peristiwa yang demikian itu, tidak hanya bertemu atau interaksi manusia saja melainkan juga terjadi pertemuan berbagia aspek sosial yag terbawa oleh kelompok-kelompok manusia itu.
Dari arus global dan interaksi sosial baik langsung maupun melalui media, tentu saja ada yang wajib diwaspadai. Pergaulan bebas, pemakaian obat terlarang, kebiasaan minum-minum keras, sadisme dan sebangsanya yang menjadi racun bagi kehidupan sosial.  Akibat interaksi sosial yang makin intensif sampai ketingkat global, menunjukkan perubahan sosial di masyarakat sampai ke proses modernisasi. Perubahan dan kemajuan yang positif meningkatakan kesejahteraan dalam arti yang seluas-luasnya, harus disyukuri sedangkan yang berdampak negatif, harus kita waspadai bahakan secara aktif kita harus mencari alternatif pemecahannya. Sosiologi yang oleh Horton dan Hun (1976 : 22) didefinisikan sebagai studi ilmiah tentang kehidupan sosial umat manusia, harus mengembangkan kemampuan perspektif global dalam menyimak masalah-masalah global yang mengancam kehidupan umat manusia.
        
C.    Perspektif Global dari Visi Antropologi
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari orang (bentuk, khas fisiknya), masyarakat dan budayanya. Khususnya antropologi budaya yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1990: 11-12) dikatakan sebagai pengganti ilmu budaya merupakan studi tentang manusia dengan kebudayaannya. Sedangkan oleh E.A. Hoebel (Fairchild, H.P. dkk. 1982: 12) didefinisikan sebagai studi tentang manusia dengan pekerjaannya, lebih menitikberatkan kepada kebudayaan sebagai hasil pengembangan akal pikiran manusia. 
Sudut pandang antropologi terhadap perspektif global terarah pada keberadaan dan perkembangan budaya dengan kebudayaan dalam kontek global yang artinya mengamati, menghayati dan memprediksi perkembangan kebudayaan secara menyeluruh yang aspek serta unsur-unsurnya itu berkaitan satu sama lain terintregrasi dalam kehidupan manusia.
Pada Hakikatnya, perkembangan aspek kehidupan apapun yang mengarus mulai dari tingkat lokal sampai ke tingkat global, dasarnya terletak pada budaya dengan kebudayaan yang menjadi milik otentik umat manusia. Bangunan dari gubuk, rumah darurat, rumah permanen sampai gedung bertingkat pencakar langit. Kendaraan mulai dari yang didorong/ditarik oleh manusia, ditarik hewan, kendaraan bermotor, sampai kendaraan ruang angkasa. Pakaian mulai dari kulit kayu, kulit bintang, kapas, wool sampai serat sintesis. Perkembangan serta kemajuan yang ada di sekitar kita itu merupakan hasil pengembangan akal pikiran manusia atau hasil pengembangan budaya sebagai perkembangan kebudayaan. Proses dan arus globalisasi dalam kehidupan sesungguhnya adalah proses global kemampuan budaya atau proses kebudayaan.
Sudut pandang antropologi terhadap perspektif global, berarti mengamati, menghayati, dan memprediksi perkembangan kebudayaan secara menyeluruh yang aspek-aspek serta unsure-unsurnya itu berkaitan satu sama lain terintegrasi dalam kehidupan manusia. Secara perspektif, meningkatnya pendapatan masyarakat (ekonomi) terkait dengan mmeningkatnya kemampuan masyarakat untuk memanfaatkan dirinya menggunakan peralatan mengolah sumber daya (budaya). Hal itu tidak dapat dilepaskan dari pendidikan yang diperoleh (budaya) dalam arti yang seluas-luasnya , formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan tidak dapat dilepaskan dari interaksi sosial (sosiologi, sosial) yang dilakukan oleh anggota-anggota masyarakat yang bersangkutan. Perkembangan budaya (daya pikir) dengan kebudayaan (hasil daya pikir) sebagai satu kesatuan, berjalan menembus waktu (hari kemarin-hari ini- hari esok) mencapai tatanan global. Apalagi dengan berkembang serta makin majunya media elektronik (radio, telepon, TV, facsimile, internet), yang menurut Marshall McCgulan (Ackoff : 5 ) menyebabkan terjadinya global villge, dusun global yang mencerminkan tertembusnya batas-batas local dan regional membentuk tatanan kehidupan manusia. Contohnya peristiwa dunia seperti olahraga (sepak bola, tenis olimpiade) dan pertemuan-pertemuan tingkat dunia serta peristiwa yang menonjol (bencana alam, pembunuhan massal) yang terjadi sangat jauh dari tempat tinggal atau negara kita, namun pada saat yang sama, kita dapat mengikutinya melalui siaran radio dan tayangan TV. Peristiwa, proses dan arus global yang demikian, sudah menjadi pengetahuan, pengalaman kehidupan sehari-hari.
Dalam kehidupan umat manusia yang semakin terbuka, persilangan kebudayaan, bukan merupakan tantangan, melainkan sudah menjadi kebutuhan. Kenyataannya, negara-negara di dunia termasuk di dalamnya Indonesia, secara sengaja melakukan pertunjukkan kesenian keliling dunia, kunjungan anggota DPR ke seluruh dunia, pertukaran pelajar antarnegara, belum lagi pertemuan internasional, berbagai pakar dari berbagai bidang ilmu pengetahuan.       
Antropologi akan terus berkembang sampai sekarang pada akhirnya berada pada masa globalisasi ini. Pada dasarnya antropologi tidak terbebas dari suatu nilai akan tetapi dengan globalisasi yang menganggap dunia tanpa batas akan sangat berpengaruh. Disisi lain perspektif global jika dikaitkan dengan antropologi mempunyai dampak positif bagi kekayaan khasanah budaya suatu bangsa serta globalisasi juga dapat mempercepat pola kehidupan bahasa. Misalnya melahirkan pranata-pranata atau lembaga-lembaga social baru seperti lembaga suadaya masyarakat (LSM), organisasi profesi di pasar modal. Perkembangan pakaian seni dan ilmu pengetahuan turut meramaikan kehidupan masyarakat.         
Akan tetapi tidak bisa dipungkiri dalam bidang social dan budaya menimbulkan dampak negatif dari globalisasi antara lain adalah meningkatkan individualisme, perubahan pada pola kerja, terjadinya pergeseran nilai kehidupan dalam masyarakat. Saat ini dikalangan generasi muda banyak yang seperti kehilangan jati dirinya. Mereka berlomba-lomba meniru gaya hidup alabarat yang tidak cocok jika diterapkan di indonesia, seperti berganti-ganti pasangan, konsumtif dan hedonisme tidak sesuai dengan  nilai-nilai yang berlaku di Negara kita. Untuk itu sebagai generasi muda penerus bangsa kita harus menyadari keberadaan nilai yang masih berlaku di Negara kita. Kita harus pandai di dalam menyeleksi budaya asing yang masuk ke Negara kita. Jika budaya asing tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa kita yang berdasarkan pancasila, kita berusaha bersifat terbuka dalam menerima kebudayaan tersebut. Akan tetapi jika tidak sesuai dengan kepribadian bangsa kita harus bersuara lantang untuk menolaknya.
  

Kesimpulan

Perspektif global adalah suatu cara pandang dan cara berfikir terhadap suatu masalah, kejadian, kegiatan dari sudut kepentingan global, yaitu dari sisi kepentingan global, yaitu dari posisi kepentingan dunia atau internasional. Oleh karena itu, sikap dan perbuatan kita juga diarahkan untuk kepentingan global.
Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari negara, tujuan-tujuan negara dan lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan-tujuan  itu. Hubungan antara negara dengan warga negaranya serta dengan negara-negara lain. Politik luar negeri Indonesia adalah bebas aktif yang menjadi landasan kerja sama di bidang ekonomi dengan negara-negara lain. Bebas, artinya bangsa Indonesia tidak memihak pada salah satu blok yang ada di dunia. Jadi, bangsa Indonesia berhak bersahabat dengan negara mana pun asal tanpa ada unsur ikatan tertentu.
Sosiologi adalah studi ilmiah tentang fenomena yang timbul akibat hubungan kelompok-kelompok umat manusia dan lingkungan manusia dalam hubungannya satu sama lain. Interaksi sosial manusia yang makin meluas, baik langsung maupun tidak langsung, telah menjadi satu landasan proses globalisasi kehidupan tertentu dirancang sebagai satu kebutuhan yang dampak positifnya seperti pertukaran pengalaman, pertukaran kemampuan, pertukaran nilai dan seterusnya, wajib disyukuri, namun dampak negatifnya seperti pergaulan bebas, pemakaian obat terlarang, kebiasaan minum-minum keras, sadism, harus diwaspadai.
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari orang (bentuk, khas fisiknya), masyarakat dan budayanya. Sudut pandang antropologi terhadap perspektif global, berarti mengamati, menghayati, dan memprediksi perkembangan kebudayaan secara menyeluruh yang aspek-aspek serta unsure-unsurnya itu berkaitan satu sama lain terintegrasi dalam kehidupan manusia. Secara perspektif, meningkatnya pendapatan masyarakat (ekonomi) terkait dengan mmeningkatnya kemampuan masyarakat untuk memanfaatkan dirinya menggunakan peralatan mengolah sumber daya (budaya).


Daftar Pustaka
Koentjaraningrat. 2003. Pengantar Antropologi I. Jakarta : Rineka Cipta.
Khor, Martin. 2003. Globalisasi Perangkap Negara-Negara Selatan. Yokyakarta : Cindelaras
Pustaka Rakyat Cerdas.
Nursed Sumartmadja, Kuswaya Wihardit. 1999. Perspektif Global. Jakarta : Universitas
Terbuka.
Oktyari Retanningsh, Umi. 1998. Perspektif Global . Jakarta : Departemen P & K Dirjen Dikti



Pertanyaan saat presentasi
1.      Putri Indiyani Lestari
Misalnya ada 2 negara yang perang seperti korea Selatan dan Korea Utara, menurut pendapat kalian apa dampak politik perang kedua negara tersebut terhadap Indonesia ? apa dampak kedua negara terhadap Indonesia ?
2.      Adek Irma Rusvitasari
Apa efek dari persilangan budaya ? lalu mungkinkah adanya persilangan budaya itu dapat mengikis identitas kebudayaan kita ?
3.      Gesa Sungsi Kusumah
Bagaimana pandangan anda selaku anak Bangsa menyikapi kasus penyadapan yang dilakukan oleh Australia ? Apa yang anda lihat dari perlakuan Australia tersebut ? Apakah Australia takut terhadap Indonesia ? kurang baik apa Indonesia terhadap Australia ?
4.      Prasetyo Restu Samodra

Dalam visi politik seringkali mengenal istilah “tidak ada teman yang abadi yang ada hanya kepentingan yang abadi” lalu apa kaitannya dengan visi sosiologi pada seseorang yang berpolitik akankah seseorang yang sosialis berubah menjadi idealis atau individualis ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar