Perspektif
Global
Perspektif
Global dari Visi Politik, Sosiologi, dan Antropologi
Disusun Oleh :
·
Raesita Firdaus
·
Riska
·
Tria Musriyanti
·
Muhammad Zevanya
Kelas 5 N
Kelompok 2
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
2013
Perspektif
Global dari Visi Politik, Sosiologi, dan Antropologi
Sebelum kita membahas visi-visi
tersebut, terlebih dahulu kita membahas apa yang dimaksud dengan perspektif
global. Perspektif global adalah suatu cara pandang dan cara berfikir terhadap
suatu masalah, kejadian, kegiatan dari sudut kepentingan global, yaitu dari
sisi kepentingan global, yaitu dari posisi kepentingan dunia atau
internasional. Oleh karena itu, sikap dan perbuatan kita juga diarahkan untuk
kepentingan global.
A.
Perspektif
Global dari Visi Politik
Menurut Roger F. Soltau
dalam introduction to Politics (Miriam Budiardjo: 1991: 9) Ilmu politik adalah
ilmu yang mempelajari negara, tujuan-tujuan negara dan lembaga-lembaga yang
akan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Hubungan antara negara dengan warga
negaranya serta dengan negara-negara lain.
Dalam sorotan
perspektif global, aspek hubungan dengan negara lain merupakan hal yang pokok.
Hubungan dengan negara lain, khususnya Negara Republik Indonesia dengan negara
tetangga disebut hubungan regional, dengan negara-negara lain disebut hubungan
antarnegara atau antarbangsa atau hubungan Internasional, dan akhirnya dengan
semua negara di dunia ini disebut hubungan global.
Contoh Hubungan Bilateral, Regional. Dan
Multilateral
Bilateral : Hubungan Internasional
Indonesia dengan Korea
Hubungan
internasional Indonesia dengan Korea berjalan di segala bidang.
Salah satunya adalah bidang pendidikan. Di bidang pendidikan, Indonesia dan
Korea melakukan suatu kerjasama dalam bentuk beasiswa bagi siswa dan mahasiswa
Indonesia untuk belajar di Korea. Beberapa program beasiswa diturunkan dari
beberapa lembaga dan universitas di Korea. Ada pula yang diturunkan
oleh Kedutaan Besar Korea di Indonesia. Program beasiswa ini tentunya
membantu para siswa dan mahasiswa Indonesia yang ingin melanjutkan studinya di
luar negeri, khususnya Korea. Program yang ditawarkan biasanya beasiswa S1, S2,
hingga S3.
Regional : Hubungan Internasional
Indonesia dengan Negara-Negara ASEAN
Hubungan Indonesia dengan negara-negara
ASEAN salah satunya di bidang perdagangan yaitu AFTA (ASEAN Free Trade
Area) yaitu dimana negara-negara yang berada di kawasan ASEAN dapat melakukan
perdagangan bebas untuk melakukan ekspor impor tanpa dikenakan bea cukai.
Multilateral : Hubungan Internasional
Indonesia dengan banyak negara di seluruh dunia
Hubungan Indonesia dengan PBB dalam
bentuk perundingan mengenai hukum internasional dan tindakan terkait dengan
masalah internasional.
Dengan hubungan ini negara Indonesia
berhak untuk mengajukan pandangan terhadap isu internasional. Bergabungnya
Indonesia ke dalam PBB mempercepat proses penyelesaian konflik Indonesia –
Belanda (penjajah), sehingga mau mengakui kedaulatan Indonesia pada
tanggal 27 Desember 1949
Secara politik, negara
dengan tujuan dan lembaga-lembaganya, dari waktu ke waktu mengalami
perkembangan. Politik luar negeri Indonesia adalah bebas aktif yang menjadi
landasan kerja sama di bidang ekonomi dengan negara-negara lain. Bebas,
artinya bangsa Indonesia tidak memihak pada salah satu blok yang ada di dunia.
Jadi, bangsa Indonesia berhak bersahabat dengan negara mana pun asal tanpa ada
unsur ikatan tertentu. Bebas juga berarti bahwa bangsa Indonesia mempunyai
cara sendiri dalam menanggapi masalah internasional. Aktif berarti bahwa
bangsa Indonesia secara aktif ikut mengusahakan terwujudnya perdamaian dunia.
Stabilitas dan kemajuan
politik Indonesia, khususnya politik luar negeri, berpengaruh pada kondisi
politik global, contohnya dampak Konferensi Asia Afrika. Pimpinan dan pengaruh
Indonesia dalam Gerakan Non-Blok (GNB – khususnya untuk mendukung perdamaian
dunia).
Negara Republik
Indonesia sebagai warga dunia, tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh
perkembangan di negara-negara lain. Perkembangan di negara-negara lain selalu
berpengaruh terhadap kehidupan politik, khususnya politik luar negeri
Indonesia. Perubahan peta politik membawa dampak luas pada tatanan global di
bidang politik, ekonomi, sosial, dan IPTEK. Perspektif global dari perubahan
peta politik tersebut, membawa dampak pada berbagai aspek hubungan luar negeri
Indonesia.
B.
Perspektif
Global dari Visi Sosiologi
Menurut Frank H.Hankins
(Fairch, H.P.dkk, 1982: 302), sosiologi adalah studi ilmiah tentang fenomena
yang timbul akibat hubungan kelompok-kelompok umat manusia dan lingkungan
manusia dalam hubungannya satu sama lain. Dalam sosiologi, objek yang menjadi
sorotan utamanya yaitu hubungan antar manusia, terutama dalam lingkungan yang
terbentuk oleh manusia sendiri, atau yang disebut lingkungan sosial.
Motif interaksi sosial
sangat beragam dilandasi oleh tujuan tertentu. Contohnya hubungan antara
produsen dan konsumen yang dilandasi oleh motif ekonomi. Akibat interaksi
sosial yang makin intensif sampai ke tingkat global, menunjukkan perubahan
sosial di masyarakat sampai ke proses modernisasi.
Dampak kemajuan,
penerapan, dan permanfaatan IPTEK di bidang transportasi dan komunikasi
menjadikan interaksi sosial ini makin intensif dan meluas. Interaksi bisa
terjadi secara fisik maupun non-fisik melalui internet. Teknologi komputer
melalui e-mail menyebabkan dunia ini menjadi tanpa batas secara non-fisik.
Secara fisik batas-batas wilayah setiap negara berdasarkan hokum internasional
masih jelas.
Interaksi secara
langsung (tatap muka) dan tidak langsung melalui berbagai media yang semakin
intensif serta makin meluas, membawa perubahan sosial, kemajuan sosial yang
berdampak luas terhadap opini, kecerdasan, nalar dan wawasan manusia yang
mengalaminya. Pengetahuan ilmu dan pengenalan teknologi yang terbawa oleh satu
pihak kemudian diterima oleh pihak lain melalui berbagai media, berdampak luas
terhadap tatanan sosial, baik material maupun non-material.
Contohnya material,
pakaian, peralatan, dan perangkat kasar lain tidak hanya terbatas digunakan
serta dimanfaatkan oleh orang tertentu melainkan telah memasuki kehidupan
segala lapisan masyarakat secara lokal, regional, bahkan juga global.
Katakanlah mie instan, pakaian dan jeans, pizza, hot dog, humberger, dan
lain-lain, telah masuk dalam kehidupan perkotaan, pedesaan secara regional dan
bahkan global. Katakanlah jenis makanan khas setempat seperti dodol Garut,
kacang Bali, manisan Cianjur, oncom Bandung, tidak lagi hanya ada ditemapt
semula melainkan telah menyebar kesegala tempat dan adanya pun di toko serba
ada (toserba) bahkan juga di mancanegara.
Non-material, nilai dan
norma juga mengalami pergeseran. Bersalaman, tepuk punggung, tegur sapa ada ala
barat, sampai pada ciuman antar keluarga, antarteman, dan seterusnya, telah
masuk ke dalam kehidupan orang Indonesia.
Hal-hal yang positif
yang berdampak sosial seperti pertukaran pengalaman, pertukaran kemampuan,
pertukaran nilai dan seterusnya, wajib disyukuri. Contohnya pertandingan
olahraga, kunjungan dan pertukaran pemuda pelajar, pertemuan pramuka (jambore),
tingkat daerah,tingkat regional, nasional, serta antar negara merupakan
interaksi sosial yang meluas, paling tidak di wakili oleh kelompok yang bertemu
saat itu. Suasana dan peristiwa yang demikian itu, tidak hanya bertemu atau
interaksi manusia saja melainkan juga terjadi pertemuan berbagia aspek sosial
yag terbawa oleh kelompok-kelompok manusia itu.
Dari arus global dan
interaksi sosial baik langsung maupun melalui media, tentu saja ada yang wajib
diwaspadai. Pergaulan bebas, pemakaian obat terlarang, kebiasaan minum-minum
keras, sadisme dan sebangsanya yang menjadi racun bagi kehidupan sosial. Akibat interaksi sosial yang makin intensif
sampai ketingkat global, menunjukkan perubahan sosial di masyarakat sampai ke
proses modernisasi. Perubahan dan kemajuan yang positif meningkatakan
kesejahteraan dalam arti yang seluas-luasnya, harus disyukuri sedangkan yang
berdampak negatif, harus kita waspadai bahakan secara aktif kita harus mencari
alternatif pemecahannya. Sosiologi yang oleh Horton dan Hun (1976 : 22)
didefinisikan sebagai studi ilmiah tentang kehidupan sosial umat manusia, harus
mengembangkan kemampuan perspektif global dalam menyimak masalah-masalah global
yang mengancam kehidupan umat manusia.
C.
Perspektif
Global dari Visi Antropologi
Antropologi adalah ilmu
yang mempelajari orang (bentuk, khas fisiknya), masyarakat dan budayanya.
Khususnya antropologi budaya yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1990:
11-12) dikatakan sebagai pengganti ilmu budaya merupakan studi tentang manusia
dengan kebudayaannya. Sedangkan oleh E.A. Hoebel (Fairchild, H.P. dkk. 1982:
12) didefinisikan sebagai studi tentang manusia dengan pekerjaannya, lebih
menitikberatkan kepada kebudayaan sebagai hasil pengembangan akal pikiran
manusia.
Sudut pandang
antropologi terhadap perspektif global terarah pada keberadaan dan perkembangan
budaya dengan kebudayaan dalam kontek global yang artinya mengamati, menghayati
dan memprediksi perkembangan kebudayaan secara menyeluruh yang aspek serta
unsur-unsurnya itu berkaitan satu sama lain terintregrasi dalam kehidupan
manusia.
Pada Hakikatnya,
perkembangan aspek kehidupan apapun yang mengarus mulai dari tingkat lokal
sampai ke tingkat global, dasarnya terletak pada budaya dengan kebudayaan yang
menjadi milik otentik umat manusia. Bangunan dari gubuk, rumah darurat, rumah
permanen sampai gedung bertingkat pencakar langit. Kendaraan mulai dari yang
didorong/ditarik oleh manusia, ditarik hewan, kendaraan bermotor, sampai
kendaraan ruang angkasa. Pakaian mulai dari kulit kayu, kulit bintang, kapas,
wool sampai serat sintesis. Perkembangan serta kemajuan yang ada di sekitar
kita itu merupakan hasil pengembangan akal pikiran manusia atau hasil
pengembangan budaya sebagai perkembangan kebudayaan. Proses dan arus globalisasi
dalam kehidupan sesungguhnya adalah proses global kemampuan budaya atau proses
kebudayaan.
Sudut pandang
antropologi terhadap perspektif global, berarti mengamati, menghayati, dan
memprediksi perkembangan kebudayaan secara menyeluruh yang aspek-aspek serta
unsure-unsurnya itu berkaitan satu sama lain terintegrasi dalam kehidupan
manusia. Secara perspektif, meningkatnya pendapatan masyarakat (ekonomi)
terkait dengan mmeningkatnya kemampuan masyarakat untuk memanfaatkan dirinya
menggunakan peralatan mengolah sumber daya (budaya). Hal itu tidak dapat
dilepaskan dari pendidikan yang diperoleh (budaya) dalam arti yang
seluas-luasnya , formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan tidak dapat
dilepaskan dari interaksi sosial (sosiologi, sosial) yang dilakukan oleh anggota-anggota
masyarakat yang bersangkutan. Perkembangan budaya (daya pikir) dengan
kebudayaan (hasil daya pikir) sebagai satu kesatuan, berjalan menembus waktu
(hari kemarin-hari ini- hari esok) mencapai tatanan global. Apalagi dengan
berkembang serta makin majunya media elektronik (radio, telepon, TV, facsimile,
internet), yang menurut Marshall McCgulan (Ackoff : 5 ) menyebabkan terjadinya
global villge, dusun global yang mencerminkan tertembusnya batas-batas local
dan regional membentuk tatanan kehidupan manusia. Contohnya peristiwa dunia
seperti olahraga (sepak bola, tenis olimpiade) dan pertemuan-pertemuan tingkat
dunia serta peristiwa yang menonjol (bencana alam, pembunuhan massal) yang
terjadi sangat jauh dari tempat tinggal atau negara kita, namun pada saat yang
sama, kita dapat mengikutinya melalui siaran radio dan tayangan TV. Peristiwa,
proses dan arus global yang demikian, sudah menjadi pengetahuan, pengalaman
kehidupan sehari-hari.
Dalam kehidupan umat
manusia yang semakin terbuka, persilangan kebudayaan, bukan merupakan
tantangan, melainkan sudah menjadi kebutuhan. Kenyataannya, negara-negara di
dunia termasuk di dalamnya Indonesia, secara sengaja melakukan pertunjukkan
kesenian keliling dunia, kunjungan anggota DPR ke seluruh dunia, pertukaran
pelajar antarnegara, belum lagi pertemuan internasional, berbagai pakar dari
berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Antropologi akan terus
berkembang sampai sekarang pada akhirnya berada pada masa globalisasi ini. Pada
dasarnya antropologi tidak terbebas dari suatu nilai akan tetapi dengan
globalisasi yang menganggap dunia tanpa batas akan sangat berpengaruh. Disisi
lain perspektif global jika dikaitkan dengan antropologi mempunyai dampak
positif bagi kekayaan khasanah budaya suatu bangsa serta globalisasi juga dapat
mempercepat pola kehidupan bahasa. Misalnya melahirkan pranata-pranata atau
lembaga-lembaga social baru seperti lembaga suadaya masyarakat (LSM),
organisasi profesi di pasar modal. Perkembangan pakaian seni dan ilmu
pengetahuan turut meramaikan kehidupan
masyarakat.
Akan tetapi tidak bisa
dipungkiri dalam bidang social dan budaya menimbulkan dampak negatif dari
globalisasi antara lain adalah meningkatkan individualisme, perubahan pada pola
kerja, terjadinya pergeseran nilai kehidupan dalam masyarakat. Saat ini
dikalangan generasi muda banyak yang seperti kehilangan jati dirinya. Mereka
berlomba-lomba meniru gaya hidup alabarat yang tidak cocok jika diterapkan di
indonesia, seperti berganti-ganti pasangan, konsumtif dan hedonisme tidak
sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di Negara kita. Untuk itu sebagai
generasi muda penerus bangsa kita harus menyadari keberadaan nilai yang masih
berlaku di Negara kita. Kita harus pandai di dalam menyeleksi budaya asing yang
masuk ke Negara kita. Jika budaya asing tersebut sesuai dengan kepribadian
bangsa kita yang berdasarkan pancasila, kita berusaha bersifat terbuka dalam
menerima kebudayaan tersebut. Akan tetapi jika tidak sesuai dengan kepribadian
bangsa kita harus bersuara lantang untuk menolaknya.
Kesimpulan
Perspektif global
adalah suatu cara pandang dan cara berfikir terhadap suatu masalah, kejadian,
kegiatan dari sudut kepentingan global, yaitu dari sisi kepentingan global,
yaitu dari posisi kepentingan dunia atau internasional. Oleh karena itu, sikap
dan perbuatan kita juga diarahkan untuk kepentingan global.
Ilmu politik adalah
ilmu yang mempelajari negara, tujuan-tujuan negara dan lembaga-lembaga yang
akan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Hubungan antara negara dengan warga
negaranya serta dengan negara-negara lain. Politik luar negeri Indonesia adalah
bebas aktif yang menjadi landasan kerja sama di bidang ekonomi dengan
negara-negara lain. Bebas, artinya bangsa Indonesia tidak memihak pada
salah satu blok yang ada di dunia. Jadi, bangsa Indonesia berhak bersahabat
dengan negara mana pun asal tanpa ada unsur ikatan tertentu.
Sosiologi adalah studi
ilmiah tentang fenomena yang timbul akibat hubungan kelompok-kelompok umat
manusia dan lingkungan manusia dalam hubungannya satu sama lain. Interaksi
sosial manusia yang makin meluas, baik langsung maupun tidak langsung, telah
menjadi satu landasan proses globalisasi kehidupan tertentu dirancang sebagai
satu kebutuhan yang dampak positifnya seperti pertukaran pengalaman, pertukaran
kemampuan, pertukaran nilai dan seterusnya, wajib disyukuri, namun dampak
negatifnya seperti pergaulan bebas, pemakaian obat terlarang, kebiasaan
minum-minum keras, sadism, harus diwaspadai.
Antropologi adalah ilmu
yang mempelajari orang (bentuk, khas fisiknya), masyarakat dan budayanya. Sudut
pandang antropologi terhadap perspektif global, berarti mengamati, menghayati,
dan memprediksi perkembangan kebudayaan secara menyeluruh yang aspek-aspek
serta unsure-unsurnya itu berkaitan satu sama lain terintegrasi dalam kehidupan
manusia. Secara perspektif, meningkatnya pendapatan masyarakat (ekonomi)
terkait dengan mmeningkatnya kemampuan masyarakat untuk memanfaatkan dirinya
menggunakan peralatan mengolah sumber daya (budaya).
Daftar
Pustaka
Koentjaraningrat. 2003. Pengantar Antropologi I. Jakarta :
Rineka Cipta.
Khor, Martin. 2003. Globalisasi Perangkap Negara-Negara Selatan.
Yokyakarta : Cindelaras
Pustaka Rakyat Cerdas.
Nursed Sumartmadja, Kuswaya Wihardit.
1999. Perspektif Global. Jakarta
: Universitas
Terbuka.
Oktyari Retanningsh, Umi. 1998. Perspektif Global . Jakarta :
Departemen P & K Dirjen Dikti
Pertanyaan saat presentasi
1.
Putri Indiyani Lestari
Misalnya ada 2
negara yang perang seperti korea Selatan dan Korea Utara, menurut pendapat
kalian apa dampak politik perang kedua negara tersebut terhadap Indonesia ? apa
dampak kedua negara terhadap Indonesia ?
2.
Adek Irma Rusvitasari
Apa efek dari
persilangan budaya ? lalu mungkinkah adanya persilangan budaya itu dapat
mengikis identitas kebudayaan kita ?
3.
Gesa Sungsi Kusumah
Bagaimana
pandangan anda selaku anak Bangsa menyikapi kasus penyadapan yang dilakukan
oleh Australia ? Apa yang anda lihat dari perlakuan Australia tersebut ? Apakah
Australia takut terhadap Indonesia ? kurang baik apa Indonesia terhadap
Australia ?
4.
Prasetyo Restu Samodra
Dalam visi politik
seringkali mengenal istilah “tidak ada teman yang abadi yang ada hanya
kepentingan yang abadi” lalu apa kaitannya dengan visi sosiologi pada seseorang
yang berpolitik akankah seseorang yang sosialis berubah menjadi idealis atau
individualis ?